“Belajar
Melalui Pengalaman ( Experiential Learning )”
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pembimbing : Nursyamsiar T
Disusun Oleh :
Endah Wulandari
Muhammad Indra
Rachmawati Hidayah Wira Utami
4 A REGULER A
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penyusun ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya diberi kemudahan dalam penyusunan makalah untuk
menyelesaikan tugas pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning)”.
Dalam penyusunan makalah ini saya selaku penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai sumber yang
terdapat pada perpustakaan.
Semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah
pengetahuan bagi pihak–pihak yang memerlukannya, termasuk penyusun sendiri, meskipun penyusun sendiri menyadari penyusunan dalam makalah ini belumlah sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penyusun miliki.
Pontianak, 23 Februari 2015
Penyusun
i
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang………………………………………………………... …...1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………….………...…..1
C.
Tujuan……………………………………………………………...….……2
D.
Manfaat…………………………………………………………….…..…..2
BAB
II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………...….3
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konsep Belajar Melalui
Pengalaman………………….….…..4
B. Konsep Model Experiential Learning………………………………….…5
C. Pelaksanaan Experiental Learning…………………….……………….…8
D. Keuntungan Belajar Melalui Pengalaman ……………………………..…9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………....……..10
B. Saran……………………………………………………………….….…..10
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………….….…11
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan dari belajar tidak hanya berorientasi pada penguasaan
materi dengan menghapal fakta-fakta yang ada dalam bentuk informasi atau materi
pelajaran. Orientasi utama dari proses belajar adalah memberikan pengalaman
untuk jangka panjang. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa.
Proses pembelajaran harus bisa menciptakan suatu
proses belajar yang dapat mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa dan dapat
mengembangkan makna sehingga akan memberikan kesan yang mendalam terhadap apa
yang telah dipelajarinya. Alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
belajar melalui pengalaman atau biasa disebut experiential learning.
Pendekatan pembelajaran experiential learning adalah
suatu pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih
bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang mereka pelajari. Melalui
pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep materi
belaka, dikarenakan siswa diikutsertakan secara langsung dalam proses
pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses
pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek
kognitif saja, namun juga mengembangkan kemampuan pada aspek afektif maupum
psikomotorik.
B.
Rumusan Masalah
Yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan proses
belajar melalui pengalaman?
1
|
2
|
4.
Apakah keuntungan dari experiental
learning?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui apa itu proses
pembelajaran melalui pengalaman
2.
Mengetahui konsep model belajar
melalui pengalaman (experiental learning)
3.
Mengetahui prinsip dasar dari
experiental learning
4.
Mengetahui karakteristik dan
keuntungan dari experiental learning
D. Manfaat
1. Menambah
pengetahuan pembaca tentang belajar melalui pengalaman
2. Mengetahui cara
mengaplikasikan model belajar melalui pengalaman
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hoover
(Wisnubrata Hendrojuwana,1990) mengungkapkan bahwa Experiental Learning terjadi apabila siswa secara pribadi
bertanggung jawab atas proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dalam
situasi belajar yang ditandai dengan taraf keterlibatan sangat aktif, baik
secara kognitif, afektif maupun psikomotor.
Experiential learning merupakan sebuah model holistic dari proses pembelajaran di
mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential
learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman)
berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori
pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme
(Kolb, 1984).
Experiential learning memiliki
makna yang berbeda-beda, namun mengacu kepada satu pemikiran. Menurut Association
for Experiential Education (AEE), experiential learning merupakan
falsafah dan metodologi dimana pendidik terlibat langsung dalam memotivasi
peserta didik dan refleksi difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan,
mengembangkan keterampilan.
3
|
4
|
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Belajar Melalui Pengalaman (Experiental
Learning)
Pengertian pendekatan experiental learning
berarti belajar melalui penghayatan langsung atas pengalaman yang dialami.
(Wisnubrata Hendrojuwana, 1990) mengungkapkan bahwa experiental learning terjadi apabila siswa secara pribadi bertanggung jawab atas proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dalam situasi belajar yang ditandai oleh taraf keterlibatan sangat aktif , baik secara kognitif afektif maupun psikomotorik.
berarti belajar melalui penghayatan langsung atas pengalaman yang dialami.
(Wisnubrata Hendrojuwana, 1990) mengungkapkan bahwa experiental learning terjadi apabila siswa secara pribadi bertanggung jawab atas proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dalam situasi belajar yang ditandai oleh taraf keterlibatan sangat aktif , baik secara kognitif afektif maupun psikomotorik.
Definisi tersebut mengandung 4 syarat yaitu 1. Siswa memikul
tanggung jawab pribadi untuk belajara apa yang ingin dicapainya. 2. Lebih dari hanya
sekedar melibatkan proses-proses kognitif 3. Tujuan belajarnya meliputi pula
aspek keterampilan dan aspek afekif, disamping tujuan yang sifatnya
tradisional, yaitu mengembangkan pengetahuan dan 4 bagaimanapun juga siswa itu
aktif dalam proses belajar, baik secara fisik maupun secara psikologis.
Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan
tingkah laku, peubahan di dalam system nilai, di dalam pembendaharaan
konsep-konsep (pengertian ) serta di dalam kekayaan informasi.Oleh karena itu,
metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan
kegiatan. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai
katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya
dalam proses pembelajaran.
Pada experiential learning, langkah menantang bagi guru
adalah memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman belajar seperti apa yang
harus terjadi pada diri peserta baik individu maupun
kelompok. Aktifitas pembelajaran harus berfokus pada peserta belajar
(student-centered learning). Dengan demikian, apa yang harus kita lakukan, apa
yang harus mereka lakukan, apa yang harus kita katakan atau sampaikan harus
secara detail kita rancang dengan baik. Begitu pula dengan media dan alat bantu
pembelajaran lain yang yang dibutuhkan juga harus benar-benar telah tersedia
dan siap untuk digunakan.
5
|
Perbedaan
mendasar antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah
Experiential Learning
|
Tradisional Content-based Learning
|
Aktif
|
Pasif
|
Bersandar pada penemuan individu
|
Bersandar pada keahlian mengajar
|
Partisipatif, berbagai arah
|
Otokratis,
satu arah
|
Dinamis dan belajar dengan melakukan
|
Terstruktur dan belajar dengan
mendengar
|
Bersifat terbuka
|
Cakupan
terbatas dengan sesuatu yang baku
|
Mendorong untuk menemukan sesuatu
|
Terfokus pada tujuan belajar yang
khusus
|
B. Konsep Model Experiential Learning
Experiental learning theory (ELT), yang menjadi dasar
model pembelajaran experiential learning , dikembangkan oleh David
Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran
yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman
mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan
ELT dari teori-teori belajar lainnya. Istilah “experientrial” di sini untuk
membedakan anatara teori belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi
lebih daripada afektif. Dan teori belajar behavior yang menghilangkan peran
pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa, 2007:
165).
6
|
a.
Converger
Tipe ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang
mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini tidak emosional dan lebih
suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan
alam dan teknik.
b.
Diverger
Tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian
menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kekuatan mereka terletak
pada kemampuan imajinasi mereka. Orang dengan tipe ini lebih suka berhubungan
dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan
ilmu-ilmu sosial lainnya.
c.
Assimilator
Tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak.
Orang dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari
ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan
matematika.
d.
Accomodator
Tipe ini berminat pada pengembangan konsep-konsep. Orang
dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi
yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan
yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Dari keempat gaya tersebut, bukan berarti manusia harus dimasukkan
secara golongan dalam masing-masing kategori. Menurut Kolb, belajar merupakan
suatu perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan pengetahuan
(acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization) dan
menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga muncul minat dan tujuan
hidup baru. Sehingga, walaupun pada tahap awal individu lebih dominan pada gaya
belajar tertentu, namun pada proses perkembangannya diharapkan mereka dapat
mengintegrasikan semua kategori belajar.
7
|
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai
tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus
menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar
itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga
cara, yaitu;
1) mengubah struktur kognitif siswa,
2) mengubah sikap siswa, dan
3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah
ada.
Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi
seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak
ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Experiential learning menekankan pada keinginan kuat
dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya.. Keinginan untuk berhasil
tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap perilaku belajarnya
dan meraka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut.
Kualitas belajar experiential learning mencakup:
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri
dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Model experiential learning memberi kesempatan
kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka,
keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara
mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini
berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa
menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar
tanpa melibatkan siswa.
8
|
C. Pelaksanaan Experiental Learning
Menurut Hendrojuwono, biasanya pelaksanaan experiential
learning meliputi 5 tahapan, yaitu tahap pengantar, kegiatan, debriefing,
ranggkuman dan evaluasi. Masing-masing tahap secara ringkas dijelaskan berikut
ini:
Tahap pengantar, tahap ini dimulai dengan
menciptakan iklim belajar yang diinginkan dan mengemukakan rencana serta
persiapan yang telah dibuat, yaitu menentukan sifat keseluruhan pengalaman,
yang menyangkut keterlibatan, keterbukaan pada pengalaman, pengambilan risiko,
orientasi pada proses, dan tanggung jawab siswa maupun guru. Biasanya, pada
tahap ini terjadi kontrak belajar atau psychological
contract, yaitu menyatukan harapan-harapan siswa dengan apa yang bisa
diberikan oleh guru.
Tahap kegiatan, tahap ini menyangkut aspek-aspek mechanical material, ruangan dan susunan
siswa, pemberian petunjuk, dan pembagian waktu. Terjadi penegasan keterlibatan,
kehadiran, dan tanggung jawab siswa dan guru. Tanggung jawab siswa perlu
dikembangkan dalam hal kesadaran, perbuatan, konsentrasi, dan memberi respons.
Tahap debriefing, tahap ini terutama, meliputi
diskusi tentang kegiatan yang telah diselesaikan dengan memberi detail, urutan,
dan maknanya bagi pengalaman siswa. Perlu pula disoroti perbedaan isi dan
proses karena isi kegiatan menyangkut materi dan teknik yang digunakan untuk
menggambarkan hal itu, sedangkan proses menyangkut umpan balik dan sharing itu.
Tahap rangkuman, rangkuman biasanya menyangkut
kegiatan khusus atau kegiatan keseluruhan. Dalam rangkuman kegiatan khusus, guru
tidak hanya menyoroti isi dan proses kegiatannya,
tetapi juga mengintegrasikan penelitian teoritis dan empiris dengan pengalaman
siswa dalam situasi belajar..
9
|
D. Keuntungan Belajar Melalui Pengalaman (Experiential
Learning)
Experiential learning seringkali diidentikkan dengan
kegiatan outbound, yaitu pelatihan yang membawa pesertanya ke alam terbuka.
Banyak metode yang digunakan di dalamnya mulai dari simulasi, demonstrasi,
role-play atau memecahkan games dan metode-metode lainnya
Dari maknanya, experiential learning secara sederhana dapat
diartikan sebagai pembelajaran melalui pengalaman. Hal tersebut menjelaskan
bahwa seseorang diarahkan untuk belajar melalui proses mengalami sendiri topik
yang sedang dipelajarinya.
Apabila metode Experiential Learning dilakukan
dengan baik dan benar, maka ada beberapa keuntungan yang akan didapat, antara
lain:
1. meningkatkan semangat dan gairah
pembelajar,
2. membantu terciptanya suasana belajar
yang kondusif,
3. memunculkan kegembiraan dalam proses
belajar,
4. mendorong dan mengembangkan proses
berpikir kreatif,
5. menolong pembelajar untuk dapat
melihat dalam perspektif yang berbeda,
6. memunculkan kesadaran akan kebutuhan
untuk berubah, dan\
7. memperkuat kesadaran diri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran experiential
learning adalah suatu pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses
belajar yang lebih bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang mereka
pelajari. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa mengkonstruksi
sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengatahuan.
Siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berbeda dari apa yang mereka
telah pelajari, hal ini karena perbedaan dan keunikan dari masing-masing gaya
belajar masing-masing siswa. Hasil dari proses
pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek
kognitif saja, namun juga mengembangkan kemampuan pada aspek afektif maupun
psikomotorik.
B. Saran
Penulis menyarankan bagi para guru untuk menggunakan model
pembelajaran experiental learning dalam proses pembelajaran karena melalui
mmodel pembelajaran ini siswa dapat menciptakan proses belajar yang lebih
bermakna, dimana siswa mengalami sendiri apa yang mereka pelajari.
10
|
DAFTAR ISI
Daryanto.(2013).
Inovasi Pembelajaran Efektif.
Bandung : Yrama Widya.
Agus Taufik,dkk. (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Nasution s. (2009) Berbagai Pendekatan Dalam Proses
Belajar&Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
www.ialf.edu/kipbipa/papers/CahyaniIsah.doc (Online) (Diakses pada
tanggal 23 Februari 2015)
https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-model-pembelajaran-experiential-learning/
(Online) (Diakses pada tanggal 23 Februari 2015)
11
|
Tidak ada komentar :
Posting Komentar