Kamis, 12 Maret 2015

Belajar dan Pembelajaran



“Belajar Melalui Pengalaman ( Experiential Learning )”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pembimbing : Nursyamsiar T

Disusun Oleh :

Endah Wulandari
Muhammad Indra
 Rachmawati Hidayah Wira Utami

4 A REGULER A












PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS  KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penyusun ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya diberi kemudahan dalam penyusunan makalah untuk menyelesaikan tugas pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul “Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning)”.
Dalam penyusunan makalah ini saya selaku penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai sumber yang terdapat pada perpustakaan.
Semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi pihak–pihak yang memerlukannya, termasuk penyusun sendiri, meskipun penyusun sendiri menyadari penyusunan dalam makalah ini belumlah sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penyusun miliki.


Pontianak, 23 Februari 2015


Penyusun


i

 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………... …...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….………...…..1
C. Tujuan……………………………………………………………...….……2
D. Manfaat…………………………………………………………….…..…..2
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………...….3
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konsep Belajar Melalui Pengalaman………………….….…..4

B.     Konsep Model Experiential Learning………………………………….…5

C.     Pelaksanaan Experiental Learning…………………….……………….…8

D.    Keuntungan Belajar Melalui Pengalaman ……………………………..…9

BAB IV PENUTUP
            A. Kesimpulan………………………………………………………....……..10
            B. Saran……………………………………………………………….….…..10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….….…11
ii
 
  BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tujuan dari belajar tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi dengan menghapal fakta-fakta yang ada dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orientasi utama dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang.  Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Proses pembelajaran harus bisa menciptakan suatu proses belajar yang dapat mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa dan dapat mengembangkan makna sehingga akan memberikan kesan yang mendalam terhadap apa yang telah dipelajarinya. Alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran belajar melalui pengalaman atau biasa disebut experiential learning.
Pendekatan pembelajaran experiential learning adalah suatu pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang mereka pelajari. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep materi belaka, dikarenakan siswa diikutsertakan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, namun juga mengembangkan kemampuan pada aspek afektif maupum psikomotorik.

B.     Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan proses belajar melalui pengalaman?
1
2.      Bagaimana konsep model belajar melalui pengalaman (experiental learning)?
2
3.      Apa saja prinsip dasar dari experiental learning?
4.      Apakah keuntungan dari experiental learning?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa itu proses pembelajaran melalui pengalaman
2.      Mengetahui konsep model belajar melalui pengalaman (experiental learning)
3.      Mengetahui prinsip dasar dari experiental learning
4.      Mengetahui karakteristik dan keuntungan dari experiental learning

     D.    Manfaat
1.   Menambah pengetahuan pembaca tentang belajar melalui pengalaman
2.   Mengetahui cara mengaplikasikan model belajar melalui pengalaman










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hoover (Wisnubrata Hendrojuwana,1990) mengungkapkan bahwa Experiental Learning terjadi apabila siswa secara pribadi bertanggung jawab atas proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dalam situasi belajar yang ditandai dengan taraf keterlibatan sangat aktif, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor.
Experiential learning merupakan sebuah model holistic dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984).
Experiential learning memiliki makna yang berbeda-beda, namun mengacu kepada satu pemikiran. Menurut Association for Experiential Education (AEE), experiential learning merupakan falsafah dan metodologi dimana pendidik terlibat langsung dalam memotivasi peserta didik dan refleksi difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan.




3
 
4
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konsep Belajar Melalui Pengalaman (Experiental Learning)
Pengertian pendekatan experiental learning
berarti belajar melalui penghayatan langsung atas pengalaman yang dialami.
(Wisnubrata Hendrojuwana, 1990) mengungkapkan bahwa experiental learning terjadi apabila siswa secara pribadi bertanggung jawab atas proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dalam situasi belajar yang ditandai oleh taraf keterlibatan sangat aktif , baik secara kognitif afektif maupun psikomotorik.
Definisi tersebut mengandung 4 syarat yaitu 1. Siswa memikul tanggung jawab pribadi untuk belajara apa yang ingin dicapainya. 2. Lebih dari hanya sekedar melibatkan proses-proses kognitif 3. Tujuan belajarnya meliputi pula aspek keterampilan dan aspek afekif, disamping tujuan yang sifatnya tradisional, yaitu mengembangkan pengetahuan dan 4 bagaimanapun juga siswa itu aktif dalam proses belajar, baik secara fisik maupun secara psikologis.
Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan tingkah laku, peubahan di dalam system nilai, di dalam pembendaharaan konsep-konsep (pengertian ) serta di dalam kekayaan informasi.Oleh karena itu, metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Pada experiential learning, langkah menantang bagi guru adalah memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman belajar seperti apa yang harus terjadi pada diri peserta baik individu maupun kelompok.  Aktifitas pembelajaran harus berfokus pada peserta belajar (student-centered learning). Dengan demikian, apa yang harus kita lakukan, apa yang harus mereka lakukan, apa yang harus kita katakan atau sampaikan harus secara detail kita rancang dengan baik. Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang yang dibutuhkan juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk digunakan.
5
 
Perbedaan mendasar antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah

Experiential Learning
Tradisional Content-based Learning
Aktif
Pasif
Bersandar pada penemuan individu
Bersandar pada keahlian mengajar
Partisipatif, berbagai  arah
Otokratis, satu arah
Dinamis dan belajar dengan melakukan
Terstruktur dan belajar dengan mendengar
Bersifat terbuka
Cakupan terbatas dengan sesuatu       yang baku
Mendorong untuk  menemukan sesuatu
Terfokus pada tujuan belajar yang khusus

B.     Konsep Model Experiential Learning

Experiental learning theory (ELT), yang menjadi dasar model pembelajaran experiential learning , dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT dari teori-teori belajar lainnya. Istilah “experientrial” di sini untuk membedakan anatara teori belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi lebih daripada afektif. Dan teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharudin dan Esa, 2007: 165).
6
Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki siswa, karenanya model ini memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning style inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa, David Kolb mengklasifikasikan gaya belajar seseorang menjadi empat kategori sebagai berikut:

a.       Converger
Tipe ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
b.      Diverger
Tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kekuatan mereka terletak pada kemampuan imajinasi mereka. Orang dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
c.       Assimilator
Tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Orang dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika.
d.      Accomodator
Tipe ini berminat pada pengembangan konsep-konsep. Orang dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.
Dari keempat gaya tersebut, bukan berarti manusia harus dimasukkan secara golongan dalam masing-masing kategori. Menurut Kolb, belajar merupakan suatu perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization) dan menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga muncul minat dan tujuan hidup baru. Sehingga, walaupun pada tahap awal individu lebih dominan pada gaya belajar tertentu, namun pada proses perkembangannya diharapkan mereka dapat mengintegrasikan semua kategori belajar.
7
Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai pembimbing untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu;
1) mengubah struktur kognitif siswa,
2) mengubah sikap siswa, dan
3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada.
Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Experiential learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya.. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap perilaku belajarnya dan meraka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut.
Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Model  experiential learning memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan siswa.
8
 
C.     Pelaksanaan Experiental Learning

Menurut Hendrojuwono, biasanya pelaksanaan experiential learning meliputi 5 tahapan, yaitu tahap pengantar, kegiatan, debriefing, ranggkuman dan evaluasi. Masing-masing tahap secara ringkas dijelaskan berikut ini:
Tahap pengantar, tahap ini dimulai dengan menciptakan iklim belajar yang diinginkan dan mengemukakan rencana serta persiapan yang telah dibuat, yaitu menentukan sifat keseluruhan pengalaman, yang menyangkut keterlibatan, keterbukaan pada pengalaman, pengambilan risiko, orientasi pada proses, dan tanggung jawab siswa maupun guru. Biasanya, pada tahap ini terjadi kontrak belajar atau psychological contract, yaitu menyatukan harapan-harapan siswa dengan apa yang bisa diberikan oleh guru.
Tahap kegiatan, tahap ini menyangkut aspek-aspek mechanical material, ruangan dan susunan siswa, pemberian petunjuk, dan pembagian waktu. Terjadi penegasan keterlibatan, kehadiran, dan tanggung jawab siswa dan guru. Tanggung jawab siswa perlu dikembangkan dalam hal kesadaran, perbuatan, konsentrasi, dan memberi respons.
Tahap debriefing, tahap ini terutama, meliputi diskusi tentang kegiatan yang telah diselesaikan dengan memberi detail, urutan, dan maknanya bagi pengalaman siswa. Perlu pula disoroti perbedaan isi dan proses karena isi kegiatan menyangkut materi dan teknik yang digunakan untuk menggambarkan hal itu, sedangkan proses menyangkut umpan balik dan sharing itu.
Tahap rangkuman, rangkuman biasanya menyangkut kegiatan khusus atau kegiatan keseluruhan. Dalam rangkuman kegiatan khusus, guru tidak  hanya menyoroti isi dan proses kegiatannya, tetapi juga mengintegrasikan penelitian teoritis dan empiris dengan pengalaman siswa dalam situasi belajar..
9
Tahap evaluasi, biasanya menyangkut evaluasi keberhasilan atau efektifitas pengalaman belajar yang bisa berupa kegiatan tunggal atau keseluruhan pengalaman.

D.    Keuntungan Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning)

Experiential learning seringkali diidentikkan dengan kegiatan outbound, yaitu pelatihan yang membawa pesertanya ke alam terbuka. Banyak metode yang digunakan di dalamnya mulai dari simulasi, demonstrasi, role-play atau memecahkan games dan metode-metode lainnya
Dari maknanya, experiential learning secara sederhana dapat diartikan sebagai pembelajaran melalui pengalaman. Hal tersebut menjelaskan bahwa seseorang diarahkan untuk belajar melalui proses mengalami sendiri topik yang sedang dipelajarinya.
Apabila metode Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar, maka ada beberapa keuntungan yang akan didapat, antara lain:
1.      meningkatkan semangat dan gairah pembelajar,
2.      membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif,
3.      memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
4.      mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,
5.      menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,
6.      memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan\
7.       memperkuat kesadaran diri.





BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Pendekatan pembelajaran experiential learning adalah suatu pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, karena siswa mengalami sendiri apa yang mereka pelajari. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengatahuan. Siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berbeda dari apa yang mereka telah pelajari, hal ini karena perbedaan dan keunikan dari masing-masing gaya belajar masing-masing siswa. Hasil dari proses pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, namun juga mengembangkan kemampuan pada aspek afektif maupun psikomotorik.

B.     Saran
Penulis menyarankan bagi para guru untuk menggunakan model pembelajaran experiental learning dalam proses pembelajaran karena melalui mmodel pembelajaran ini siswa dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami sendiri apa yang mereka pelajari.







10
 
DAFTAR ISI

Daryanto.(2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung : Yrama Widya.
Agus Taufik,dkk. (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Nasution s. (2009) Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar&Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
www.ialf.edu/kipbipa/papers/CahyaniIsah.doc (Online) (Diakses pada tanggal 23 Februari 2015)
https://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-model-pembelajaran-experiential-learning/ (Online) (Diakses pada tanggal 23 Februari 2015)


11
 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar